MAKALAH
BAHASA JAWA
TEMBANG
PUCUNG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat, taufiq, hidayah,
dan inayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini
disusun guna melengkapi salah satu tugas mata pelajaran bahasa jawa. Dengan
selesainya makalah ini, saya selaku penyusun mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu saya dalam pembuatan makalah ini.
Kiranya tiada
gading yang tak retak, saya sadar akan keterbatasan pengetahuan, sehingga tugas
ini jauh dari kesempurnaan. Saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
kami harapkan.
Akhirnya saya
selaku penyusun berharap agar tugas ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga
Allah SWT meridhoinya.
Jatilawang, 5
Januari 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....... 2
DAFTAR
ISI ....... 3
BAB
I PENDAHULUAN ....... 4
A.
Latar Belakang .........
B.
Rumusan Masalah .........
C.
Tujuan .........
BAB
II PEMBAHASAN ....... 5
- 8
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan ....... 9
DAFTAR
PUSTAKA ....... 9
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bahasa Jawa
merupakan suatu lambang identitas daerah dan sebagai alat komunikasi dalam
lingkungan masyarakat Jawa. Bahasa Jawa sebagai alat komunikasi memegang
peranan penting dalam kehidupan masyarakat Jawa untuk berinteraksi dengan
sesamanya, dengan Bahasa Jawa pula masyarakat dapat mengemukakan segala sesuatu
yang ada dalam pikirannya.
Dalam segi
kebahasaan, Bahasa Jawa mempunyai struktur yang khas, baik berkaitan dengan
urutan konstituennya mempunyai unsur-unsur yang membentuknya seperti yang
terdapat dalam naskah-naskah Jawa yang berbentuk tembang. Naskah Jawa dalam
bentuk tembang (macapat) menarik untuk dikaji hal ini disebabkan bentuk pola
dan kalimat dalam tembang macapat dan disesuaikan dengan jumalah gatra wilangan
(jumah suku kata pada tiap-tiap baris), guru gatra (jumlah baris dalam satu
bait) dan guru lagu (jatuhnya bunyi vokal pada suku kata di akhir baris).
Tembang
macapatmerupakan wujud dari salah satu keindahan seni yang memiliki banyak
jenisnya. Macapat mempunyai pengertian membaca empat-empat ‘’maca papat-papat’’
ada pula membaca dengan irama yang disesuikan dengan metrum. Selain itu,
macapat adalah membaca dengan irama penuh rasa karena dirasakan dari watak
masing-masing tembang. Tembang macapat memiliki nilai fillosofi yang sangat
indah karena masing-masing nama tembang macapat yang berjumlah 11 tembang
merupakan perjalanan hidup manusia dari lahir sampai mati. Salah satunya yaitu
tembang Pucung atau sering disebut dengan Pocung
Tembang Pucung
atau Pocung adalah sebuah tembang macapat yang mengingatkan kita akan kematian.
Kata pucung atau pocung dekat dengan kata ‘’pocong’’. Seperti halnya kain kafan
yang digunakan untuk membungkus mayat, maka tembang pucung juga dapat digunakan
untuk mengingatkan kepada manusia bahwa kehidupan itu akan ada batasannya
(kematian).
Namun demikian,
tembang pucung juga memiliki watak lain. Pucung itu nama dari biji buah,
sehingga biasanya diciptakan lagu berupa penyemangat atau cerita tentang
pertanian atau perkebunan. Di sisi lain pucung juga dapat diartikan sebagai hal
yang lucu. Sehingga tembang pucung dapat digunakan sebagai lagu yang jenaka.
Aturan tembang
pucung :
1. Guru
gatra (jumlah baris dalam satu bait) : 4
2. Guru
wilangan (jumah suku kata pada tiap-tiap baris) : 12, 6, 8, 12
3. Guru
lagu (jatuhnya bunyi vokal pada suku kata di akhir baris) : u, a, i, a
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana saja contoh dari tembang pucung?
2.
Bagaimana isi atau makna dari masing-masing tembang
pucung tersebut?
C.
Tujuan
Dari perumusan masalah diatas dapat
diperoleh tujuan penulisan sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui contoh dari tembang pucung.
2.
Untuk mengetahui isi atau makna dari
masing-masing tembang pucung.
BAB II
PEMBAHASAN
Judul
"Klenthing"
Bapak Pucung cangkeme madhep mandhuwur.
Sabamu ing sendhang.
Pencoanmu lambung kereng.
Prapteng wisma si pucung mutah guwaya.
(yaitu yang namanya Klenthing).
Bapak Pucung cangkeme madhep mandhuwur.
Sabamu ing sendhang.
Pencoanmu lambung kereng.
Prapteng wisma si pucung mutah guwaya.
(yaitu yang namanya Klenthing).
Judul
"Penthol Korek"
Bapak Pucung amung sirah lawan gembung.
Padha dikunjara.
Mati sajroning ngaurip.
Mijil baka si pucung dadi dahana.
(yaitu yang dinamakan penthol korek).
Bapak Pucung amung sirah lawan gembung.
Padha dikunjara.
Mati sajroning ngaurip.
Mijil baka si pucung dadi dahana.
(yaitu yang dinamakan penthol korek).
Judul
"Sepur"
Bapak pucung renteng-renteng koyo kalung.
Dowo koyo ulo.
Pencoanmu wesi miring.
Sing disobo si pucung mung turut kutho.
(yaitu yang dinamakan sepur).
Bapak pucung renteng-renteng koyo kalung.
Dowo koyo ulo.
Pencoanmu wesi miring.
Sing disobo si pucung mung turut kutho.
(yaitu yang dinamakan sepur).
Bapak
Pucung –Dudu watu dudu gunung
Sangkane
ing sabrang
Ngon -
ingone sang Bupati
Bapak
Pucung -Yen mlaku lembehan ngrana
( Yaitu
Gajah )
Bapak pucung
biasane saka kayu
Awujudmu kothak
Iku kanggo adah
klambi
Biasane si
pucung ana ing kamar
( Yaitu
Lemari )
Lamun dalu;
Saben arsa mapan turu
Wektu kang
prayoga
Mulat mring
laku kang uwis
Dina mau apa
kang wus dipun karya
( Yauitu
Malam Hari )
Bapak pucung
cangkemu marep mandhuwur;
Sabane
ing sendhang; pencokane lambung kering;
Prapteng wisma
si pucung mutah kuwaya
( Klenting Tempat Air )
Namung
tutuk;
Lan netra
kalih kadulu;
Yen pinet
kang karya;
Sinuduk
netrane kalih;
Yeku
saratira bangkit ngemah-ngemah
( Yaitu Gunting )
Ngelmu iku,
kelakone kanthi laku
Lekase lawan
kas
Tegese kas
nyantosani
Setya budya
pangekese dur angkara
( Yaitu membawa kesentosaan sehingga akan menaklukan angkara murka )
Bada lamun
Kang sus sengsem reh ngasamun
Semune ngaksama
Sasamane bangsa sisip
Sarwa sareh saking mardi martotama
( Berupaya
untuk berbudi pekerti luhur tiap saat )
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
pembahasan di atas saya dapat menyimpulkan bahwa Tembang Pucung memiliki makna
dan juga nasehat di dalamnya. Selain itu juga tembang pucung juga memiliki
banyak jenisnya.
Daftar Pustaka;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar